Sebelum instrument/alat ukur
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka perlu dilakukan uji coba
kuesioner untuk mencari kevalidan dan reliabilitas alat ukur tersebut. Uji
validitas berguna untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, valid
artinya ketepatan mengukur atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah
variable yang akan diukur.
Kerlinger (1990) membagi validitas
menjadi tiga, yaitu content validity
(validitas isi), construct validity
(validitas konstruk), dan criterion-related
validity (validitas berdasar kriteria). Uji validitas dan realibilitas
digunakan untuk menguji data yang berasal dari daftar pertanyaan atau kuesioner
responden, validitas dan reliabilitas dapat membuktikan bahwa daftar pertanyaan
dalam kuesioner yang diisi oleh responden sudah mewakili populasi atau belum.
Ada dua syarat penting yang
berlaku pada sebuah kuesioner yaitu keharusan sebuah kuesioner untuk valid dan
reliabel. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Sedangkan suatu kuisioner dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Uji validitas digunakan untuk
mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam suatu daftar (konstruk)
pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini pada
umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji validitas dilakukan
pada setiap butir pertanyaan, dan hasilnya dapat dilihat melalui hasil r-hitung
yang dibandingkan dengan r-tabel, dimana r-tabel dapat diperoleh melalui df
(degree of freedom) = n-2 (signifikan 5%, n = jumlah sampel). Jika r-tabel < r-hitung maka
valid
Jika r-tabel > r-hitung
maka tidak valid
Tipe – tipe umum pengukuran validitas :
1.
Validitas Isi
Validitas isi merupakan validitas
yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis
rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “ sejauh
mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek
yang hendak diukur dari keseluruhan kawasan. Pengertian validitas “ mencakup
keseluruhan kawasan isi “, tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut
harus komprehensif isinya, tetapi harus
pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan
ukur.
Walaupun isi atau kandungannya
komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang
tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka
validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri-ciri validitas
yang sesungguhnya.
Validitas isi
terbagi menjadi dua tipe, yaitu face
validity (validitas muka) dan logical
validity (validitas logis).
a.
Face Validity
(Validitas Muka)
Validitas muka adalah tipe validitas yang
paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas
mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa
yang ingin diukur, maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi. Dengan
alasan kepraktisan banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya
mengandalkan validitas muka.
b.
Logical Validity
(Validitas Logis)
Validitas logis disebut juga
sebagai validitas sampling. Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi
alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur. Untuk mempeoleh
validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa
sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian
alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat
ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama
dan konkrit. Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan
tes presentasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau
table spesifikasi.
2.
Validitas Konstruk
Validitas
konsturk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur mengungkap
suatu konstruk teoritis yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruk
merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep
mengenai trait yang diukur. Walaupun pengujian validitas konstruk biasanya
memerlukan teknik analisis statistic yang lenih kompleks daripada teknik yang
dipakai pada pengujian validitas empiris lainnya, tetapi validitas konstruk
tidaklah dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas tunggal.
3.
Validitas Berdasar Kriteria
Pendekatan validitas berdasarkan
kriteria menghendaki tersedianya criteria eksternal yang dapat dijadikan dasar
pengujian suatu alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan
diprediksikan oleh suatu alat skor. Untuk melihat tingginya validitas berdasar
kriteria, maka dilakukan komputasi korelasi antara skor alat ukur dengan skor
kriteria. Validitas berdasar criteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu
validitas prediktif (predictive validity)
dan validitas konkruen (concurrent
validity).
Dalam praktiknya, validitas
berdasarkan krteria yang sering dilakukan oleh praktisi peneliti, yaitu dengan
melakukan korelasi Pearson Product Moment antar item kuesioner dengan jumlah
skor kuesioner. Akan tetapi, jika uji ini tidak dapat menganalisis hubungan
antar item dalam instrument secara simultan sebagaimana metode
multivariat.
Saat ini telah dikembangkan
bermacam teknik analisis multivariat, salah satu diantaranya adalah analisis
faktor konfirmatori yang sangat berguna untuk pengujian validitas dan
reliabilitas instrument yang digunakan dalam penelitian.
a.
Validitas Prediktif
Validitas prediktif sangat
penting artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor
bagi kinerja di masa yang akan datang. Contoh validitas prediktif yaitu :
-
Seleksi penerimaan karyawan baru
-
Bimbingan karir
-
Penempatan karyawan
-
Seleksi penerimaan mahasiswa baru
Contohnya adalah pada saat kita
melakukan pengujian validitas alat ukur kemampuan yang digunakan dalam
penempatan karyawan. Kriteria yang terbaik antara lain adalah kinerjanya
setelah karyawan tersebut betul-betul ditempatkan sebagai karyawan dan melaksanakan
tugasnya selama beberapa waktu. Skor tersebut dapat diperoleh dengan cara
menggunakan indeks produktivitas dan rating yang dilakukan oleh atasan. b.
Validitas Konkruen
Validitas konkruen tepat digunakan apabila skor alat
ukur kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara
kedua skor tersebut merupakan koefisien validitas konkruen. Untuk menguji
validitas skala, maka dapat menggunakan skala kecemasan yang telah lebih dahulu
teruji validitasnya, seperti alat ukur TMAS (Tylor Manifest Anxiety Scale).
Validitas konkruen merupakan indikasi validitas yang memadai apabila alat ukur
tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas yang sangat
penting dalam situasi diagnostik. Bila alat ukur dimaksudkan sebagai prediktor,
maka validitas konkruen tidak cukup memuaskan dan validitas prediktif merupakan
keharusan.
Uji
Validitas dengan Korelasi Parson Product-Moment
Dalam praktiknya penggunaan uji validitas dengan
rumus rxy, yaitu Pearson Product Moment merupakan uji beda dari alat
ukur tersebut, yaitu uji yang membedakan antara kelompok atas dengan kelompok
bawah, dalam arti bahwa jawaban kelompok atas seharusnya mampu menjawab (nilai
skor 1) dan kelompok bawah seharusnya tidak mampu menjawab (nilai skor 0).
Kelemahan menggunakan uji ini adalah apabila jumlah
responden (sampel) yang digunakan cukup besar, maka akan berdampak pada
tingginya koefisien korelasi rxy, sehingga berdampak pada tingginya
koefisien korelsi rxy dan
berdampak pada kecenderungan untuk menjadi valid pada item tersebut. Parameter
dari hasil uji rxy adalah
besarnya koefien korelasi pearson prduct moment antara 0,0 sampai 1 dikatakan
valid bila besarnya rxy hitung lebih besar rxy tabel, koefisien korelasi > dari 0,50. Uji
korelasi dilakukan dengan cara mengkorelasikan item alat ukur dengan jumlah
keseluruhan item alat ukur yang ada.
Rumus umum koefisien korelasi
Pearson product Moment adalah sebagai berikut :
r = (N ΣX.Y – ΣX. ΣY) / (√ { N ΣX2 - (ΣX)2 } { N ΣY2 - (ΣY)2 })
Bagikan :
0 komentar:
Posting Komentar